Monday, March 29, 2010

Jhana article- Indonesian Version


Just call it Jhāna
Sebut Saja Jhana

Translated by Budi Wijaya



Your Jhāna attainment, safety and dangers.
Pencapaian Jhana, keselamatan dan bahaya


Welcome to Read this Article
Selamat menikmati artikel ini


Anda kami persilahkan untuk membaca artikel ini. Bilamana anda menikmatinya, anda dapat melanjutkan membaca artikel ini, dan bila anda tidak menikmatinya, anda dapat meninggalkannya.


What is Jhāna?
Apakah Jhana itu?


Jhana adalah Jhana. Jhana adalah suku kata Pali yang traditional dan murni. Kita tidak menterjemahkan beberapa suku kata traditional Pali; bila kita dapat menterjemahkannya, maka pemahaman yang sebenarnya akan kata itu sendiri akan hilang, seperti kata Buddha, Dhamma, Sugato, Arahant, Jhana dan banyak lagi. Maka itu kita sebut saja Jhana

Terdapat sebuah kata “Dhayana” dalam sastra Vedic, yang memiliki arti yang hampir sama dengan kata Jhana. Dalam ajaran Hindu atau tradisi Vedic, Dhayana diartikan sebagai meditasi atau kondisi keadaan meditasi, dianggap sebagai alat untuk meningkatkan pendalaman diri, memisahkan Maya (ilusi) dari kenyataan untuk membantu mencapai tujuan tertinggi, Moksha. Zaman dahulu, Dhayana juga dianggap sebagai Yoga, seperti Bhakti yoga, Jnana yoga dan lainnya


Sekarang, jika kita ingin menterjemahkan kata Jhana kedalam bahasa Inggris, cendekiawan budhis menterjemahkan Jhana sebagai penyerapan, khususnya penyerapan meditasi. Penyerapan itu sendiri memiliki banyak arti, seperti asimilasi, kombinasi, dan penyertaan pikiran, dll. Dalam pelatihannya, dapat pula disebut sebagai pengaturan pikiran yang tidak teratur. Maka itu, conceptual Jhana adalah mengenai pikiran dan mentalitas.


Dalam ajaran budhist, ini bukanlah hanya sebagai proses untuk mengatur pikiran yang tidak teratur tetapi juga sebagai peng-aktualisasi diri dan hanya bisa dicapai atau dimengerti dengan meditasi. Maka itu, Jhana adalah kondisi meditasi pada keheningan mendalam dan konsentrasi. Terkadang hal ini juga selalu diajarkan sebagai kondisi dimana ketika pikiran menjadi terbenam dan terserap seluruhnya pada object yang dipilih, dengan perhatian tunggal, dikarakterkan dengan tidak menduanya kesadaran. Hal ini juga selalu dilatih untuk memperhatikan dan meningkatkan pandangan pada pengalaman yang mengalir. Buddha sekalipun dalam perjalanan nya untuk mencapai tingkat pencerahan, Jhana selalu menjadi prioritas utamaNya. Sekalipun kondisi Jhana bukan jalan untuk tercerahkan, untuk memasuki pencerahan itu sendiri, Jhana bekerja seperti passport, visa atau ijin untuk mendarat. Poin penting lainnya untuk dapat lebih menjelaskan adalah nafas terus mengalir dalam setiap kondisi pikiran, Jhana sekalipun, yang mana dapat dijelaskan sebagai kondisi konsentrasi yang terpusat pada objek apapun (Ekagata), kondisi kesadaran terarah pada satu titik.


In Buddhist Traditional Way of Teaching-
Dalam pengajaran tradisi Budhis-


Jhana adalah kondisi pikiran yang murni, mahir, terkonsentrasi, memahami, terdidik, penuh dengan kebijaksanaan, terbebas dari kekhawatiran dan stres, terbebas dari pergolakan dan terbebas dari 5 penghalang utama (Panca-nivarana). Kami tidak menggunakan peralatan elektronik untuk men scan kondisi mental ini, tetapi hal ini menjadi jelas dengan bagaimana kita berperilaku, dengan kombinasi cinta kasih universal-kasih sayang-rasa simpati-kegembiraan-ketenangan hati (metta-karuna-mudita-upekkha). Bila anda mencoba memasukkan kedalam teknik alpha-delta , anda kehilangan arti ini semua.

Lalu, apa saja 5 penghalang yang selalu mengangu, dan menyebabkan stress dan mengotori pikiran?


Mereka disebut-

1. Kamacchanda- keinginan pada objek objek sensual yang menyenangkan (saya hanya akan menyebutnya nafsu, karena masalah besar dalam masyarakat).
2. Byapada- perasaan benci, tidak menyukai secara extreme, perang, konflik, dendam. Ingat, semua itu hanyalah kondisi mental. Konflik dalam diri, kekerasan lokal dan kekerasan internasional disebabkan oleh kondisi mental tersebut
3. Uddhacca-kukkuccha- kegelisahan, kekhawatiran dan stres adalah kondisi mental yang kita miliki juga. Menjadi stress adalah menjadi tersesat.
4. Thina-middha- kemalasan, kebodohan, dan ketumpulan. Tidak peduli apa atau bagaimana, apapun yang dilakukan oleh / untuk dirimu sendiri terasa tumpul. Dalam kondisi demikian, saya dapat disebut bikhu yang depresi (tertawa), anda pun dapat disebut orang yang depresi pula.
5. Ditthit- keraguan, pandangan salah, persepsi yang salah, salah pendidikan, salah pengajaran, salah guru, salah tradisi, salah buku dan teknik yang salah. Dengan nada yang tidak terlalu negatif, mungkin dapat saya katakan bila “salah” juga berarti tidak bijaksana atau pikiran yang tidak terlatih, tujuan , keyakinan, dan lainnya. Maka itu, tidak peduli apa yang kamu lakukan, bila anda berada di tempat yang dalah dan melakukan hal yang salah, maka anda akan kehilangan semuanya.

Demikian lima penghalang utama yang dikemukakan oleh Buddha yang dapat menyebabkan konflik dalam batin, domestik , international dan kekerasan dunia, secara internal dan external. Saya sangat merekomendasikan agar ke lima nama tersebut dilaporkan kepada agen inteligen amerika , FBI dan CIA untuk memasukkan mereka kedalam daftar yang paling dicari

Kelima penghalang tersebut tidak dapat diidentifikasi, ditangkap, dikendalikan, dikalahkan, atau dihentikan sampai dengan anda terlatih di dalam tiga lapis pelatihan , yang disebut, moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan (sila-samadhi-panna). Mengikuti atau berlatih dalam Jalan Tengah (Majjhima-patipada) hanyalah satu satunya jalan yang berguna dan bijaksana untuk dapat mengalahkan mereka.

Masalah dan proses ini secara keseluruhan adalah mengenai Mentalitas. Maka itu kenapa Buddha sering mengatakan “Cittena niyati loko”: Dunia dipimpin oleh pikiran

Seseorang tidak akan terkejut jika para praktisi dari tradisi materialistis psikologi, psikiater, psychoterapi, dan konsultan mengatakan bahwa kondisi saat ini adalah “Krisis Spiritual”. Ingat, pemerintah harus menciptakan lapangan pekerjaan, membuat uang terus mengalir ke perusahaan asuransi, dan para praktisi harus membayar tagihan mereka. Mereka juga harus hidup. Kemudian, bilamana anda saat ini menghargai Kebenaran Mulia yang pertama dari Buddha, yang dinamakan “Stress”, Dukka, dan siap menghadapi “Krisis Spiritual”. Anda dipersilahkan untuk melanjutkan membaca artikel ini.


What is the Characteristic of Jhāna?
Apa saja karakter dari Jhana?


Jhana itu sendiri hanyalah damai , damai dan damai. Ketika seseorang mencapai Jhana, pikiran nya akan terbebas dari gangguan, dari semua hal yang dapat mengganggu. Pada saat itu, pikiran hanya menghasilkan kondisi yang sehat, yang ahli, dan pikiran yang bijaksana. Yang berarti pikiran tidak lagi tidak teratur dan terkotori. Ini adalah kondisi dimana pikiran terbebas dari kekotoran.

There are two forms of Jhāna:
2 bentuk Jhana :

1. Rupa Jhana – diterjemahkan sebagai Jhana material yang halus (15 jumlahnya)
2. Arupa Jhana – diterjemahkan sebagai Jhana yang tidak bermateri atau berbentuk (9 jumlahnya)


Stages of the Jhāna
Tingkatan Jhana

There are five stages of a Jhāna attained mind
5 tingkatan Jhana yang dapat dicapai

1. Vitakka – aplikasi awal yang mengarahkan pikiran pada object
2. Vicara- aplikasi yang terus menerus memperhatikan dan memeriksa object (secara positif).
3. Piti- kesenangan atau kegembiraan atas ketertarikan pada objek
4. Vedana – perasaan, sensasi. Terdapat 2 jenis perasaan yang timbul dalam kondisi Jhana, dan keduanya benar. A. Suka vedana – kesenangan atau perasaan menyetujui, yang adalah kepuasan batin, dan B. Upekkha vedana – perasaan netral, ketenangan (tidak menghakimi tetapi terarah dalam pikiran)
5. Ekaggata – yang mana – tidak menunjuk atau konsentrasi. Pikiran ter konsentrasi.


The First Jhāna State
Tingkat Jhana Pertama


Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya bahwa terdapat beberapa jenis tingkatan Jhana dalam beberapa bentuk. Saya sangat senang untuk lebih membicara kan mengenai Jhana pertama. Jika anda pernah mencapai Jhana pertama, selamat (tapi belum selesai)! Kenapa? Nanti akan saya jelaskan.


The very first state of the Jhāna-family is as follows-
Tingkatan Jhana yang paling awal adalah sebagai berikut


“Vitakka, vicaram, piti, sukham ekkagatam rupavacaran kusala jhana cittam ekam”. Untuk mencapai Jhana, seorang meditator harus menetapkan pikirannya pada objek meditasi untuk mengurangi dan menghilangkan kualitas mental yang tidak terlatih atau yang lebih rendah yang disebut sebagai 5 penghalang utama (kesenangan sensual atau nafsu, kebencian, kemalasan, kejenuhan dan kekhawatiran, dan ketidak yakinan atau kebingungan atau pandangan salah), dan mengembangkan kemajuan lima tingkatan Jhana (seperti yang disebutkan diatas) dengan kesatuan pikiran atau satu tujuan, bergantung pada pencapaian yang sebenarnya. Pada tingkatan ini, hanya pergerakan pikiran yang sangat halus yang tersisah. Kemampuan untuk membentuk berhentinya keinginan.

Cara terbaik untuk mengatakannya adalah pikiran yang tidak teratur telah menjadi teratur dan pelanggan telah siap untuk dilepaskan. Maka itu saya katakan, “selamat, tugas selesai (tapi belum selesai)!”


Your Safety
Keselamatan anda


Jika, sebagai contoh, anda berada dalam kondisi Jhana dan anda meninggal, anda akan secara langsung masuk ke alam yang lebih baik , atau alam Brahma. Dikarenakan tidak melekatnya pada kesenangan sensual , anda tidak akan terlahir dalam alam keinginan, seperti alam surga, alam neraka, atau alam manusia. Terlahir pada alam yang lebih tinggi, anda hanya akan tetap bermeditasi dan menikmati saat di alam itu pada saat ini. Lalu anda hanya akan naik ke level yang lebih tinggi melalui konsentrasi dan meditasi menuju tingkatan Jhana akhir dalam Arupa Jhana (dunia yang tak bermateri) yang dinamakan Nevasanna-na-sannayatana, yang berarti lingkaran tanpa persepsi juga bukan dengan persepsi. Bisa bayangkan situasi itu! Tetapi anda tetap bernafas dalam kondisi ini dan akhirnya anda mencapai Nibbana, akhir dari penderitaan. Maka anda sudah selesai.


Para praktisi mungkin mengatakan saya sudah gila, karena saya menuju KETIADAAN. Inilah REALITANYA. Saya ingin katakan kepada mereka bahwa realita mereka adalah SEX, UANG, DAN POWER, dan realita saya adalah MORALITAS, KONSENTRASI dan KEBIJAKSANAAN.


Anda dapat namankan KETIADAAN. Hanya saja kami tidak memanggilnya ketiadaan tetapi damai dan kesenangan yang selamanya.


Your Dangerous Turns
Pilihan anda yang berbahaya


Jhana bukanlah kondisi yang permanen. Anda harus terus berlatih dengan cara anda mencapainya. Kondisi Jhana seperti situasi yang timbul dan tenggelam; tidak terjamin. Anda mencapainya dengan tujuan yang baik dan anda jatuh karena keinginan. Jhana tidak mencamin pencapaianmu tetapi menghasilkan energi untuk melawan lima penghalang mental, dan menghasilkan kedamaian, ketenangan dan kesenangan. Terkadang anda hidup, tinggal , menikmati, dalam Jhana kemudian anda kembali lagi. Pada saat itu, dengan satu tujuan pikiran, seseorang dapat mengembangkan EGO, EGO yang lebih BESAR, SUPER EGO. Ini adalah bagian yang paling berbahaya, pilihan yang berbahaya. Menurut pengajaran Buddhist, tidak ada ego yang sebenarnya atau ego yang absolut. Kita menamakannya illusi, delusi dan akar dari semua kondisi mental yang tidak menyenangkan.


Semua menjadi ego insting, Freud mengatakannya ID, EGO, dan SUPER EGO. Schopenhauer memanggilnya SEXUALITI, LIBIDO dan BUNUH DIRI, dan Buddha menamakannya KAMATANHA (keinginan untuk kesenangan sensual), BHAVATANHA (keinginan untuk eksis), VIBHAVANTANHA (keinginan untuk tidak eksis). Menurut ajaran Buddhist, semua jenis keinginan memiliki efek seperti ini dan efek samping. Maka ketika seseorang mencapai Jhana tetapi tidak meneruskan latihannya dan kemudian melekat pada dirinya sendiri dan membangun egonya, dia akan mengatakan , “Saya telah mencapai Jhana,” dan membicarakan tentang Jhana dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian. Jika dia tidak terus berlatih Jhana, dia akan tersesat. Dalam kondisi ini, jika anda seorang bikhu, anda akan kehilangan apa yang telah anda capai, arahan, lalu masyarakat akan memepertimbangkan anda. Anda akan menjadi orang yang kontroversi, dan akhirnya anda akan kehilangan posisi anda dan dikucilkan. Jika anda hanyalah seorang pengikut dan anda membangun ego seperti yang diuraikan di atas. Maka realita anda adalah Sex, Uang dan Power, bukannya Moralitas, Konsentrasi dan Kebijaksanaan. Inilah jalan yang akan membuat identitas anda hilang.


Ego ini terciptakan oleh seorang bikhu pada kondisi ini dengan mengembangkan kemelekatan pada kondisi yang telah ia capai , alami dan nikmati. Karena ia telah mengembangkan konsentrasi dan satu tujuan, dia tahu apa yang dia lakukan, tetapi dikarenakan tujuan nya untuk mengambil perhatian dari yang lain, mendapatkan keuntungan atau memamerkan dirinya sendiri, dia telah menciptakan ego. Sekarang dapat dikatakan bagaimana kondisi mental atau praktisi psychology mengembangkan ego, mereka banyak membaca dan menulis, tertarik pada personalitas yang lain, dan mulai menghakimi. Itulah bagaimana seseorang mengembangkan ego


Buddha memberitahukan murid – murid nya untuk mencegah kondisi ego ini mereka tidak boleh memberitahukan atau menunjukkan pencapaian mereka kepada yang lain, meskipun mereka telah mencapai pencapaian yang lebih tinggi atau dapat mengembangkan semacam kekuatan mistis. Mereka tidak diperbolehkan untuk mengatakan kepada siapapun “Saya tahu ini” atau “Saya tahu itu” (iti janami, iti passami). Ada sebuah aturan untuk para Bikkhu, TIDAK MEMBICARAKAN MENGENAI PENCAPAIAN. Melanggar aturan ini berarti kehilangan hak ke Bikhu an (Parajika, Hukum kubur ke 3).


Kata yang tepat untuk mengatakan ini adalah :”Saya tahu teknik ini untuk mencegah problem mental Saya tahu teknik itu untuk mencegah problem mental.” Ini bagaimana mereka kehilangan personalitas.


How do these Hindrances could be Dangerous
Bagaimana Penghalang ini semua dapat menjadi bahaya


Dalam Samyutta Nikaya, Buddha menjelaskan dengan bantuan air sebagai perumpamaan bagaimana semua penghalang ini menyelimuti pandangan mental seseorang. Pikiran pada saat kelahiran begitu bersinar dan murni dikatakan oleh Buddha. Kemudian bersentuhan dengan dunia luar yang mengotori dan menggelepar seperti ikan yang terlempar keluar dari air , meronta dan terengah – rengah sengsara menjelang kematian. Pikiran yang merindukan kesenangan indera adalah seperti sebuah mangkok berisikan air berwarna warni hasil campuran warna merah, biru atau kuning, tidak ada yang menunjukkan rekflesi diri sendiri. Pikiran yang meluap – luap dengan kemarahan , seperti panci air mendidih yang tergila gila menciptakan uap dan buih, tidak ada yang menunjukkan reflesi diri sendiri. Pikiran yang dipenuhi dengan kemalasan adalah seperti sebuah kolam yang dipenuhi lumut dan rumput , gelap dan air berlumpur, tidak ada yang menunjukkan refleksi diri sendiri. Pikiran yang terlalu bergembira dan khawatir, seperti laut yang bergejolak dalam badai dan melempar air ke arah mana saja, tidak ada yang menunjukkan refleksi diri sendiri.


About Reality
Tentang Realita



Terdapat dua jenis realita : 1. Realita yang riil (paramattha sacca). 2. Conceptual Realita (pannatti sacca). Saya tahu kalau hal ini sangat kontroversi, tetapi saya tetap ingin mengingatkan. Saya ingin membicarakan conceptual realita; pada saat ini di masyarakat yang materialistis, kita menganggap conceptual realita sebagai realita, dan itu adalah sex, uang dan power. Itu realitanya dan anda mencarinya. Realita yang sebenarnya dari situasi yang ada adalah apapun yang anda miliki – uang, sex, atau power – suatu hari anda akan mati atau menghadapi kematian dan permainan selesai. Itulah realita yang sebenarnya. Jadi sebenarnya kita tidak mengarah pada kekosongan, kita mengarah pada kedamaian batin yang abadi yang dinamakan Nibbana.



Good People do Bad Things
Orang Baik melakukan Hal yang Tidak Baik


Anda mungkin berp[ikir saya telah menghakimi, mungkin , mungkin tidak. Lalu apa yang akan anda katakan? Dengan mengatakan ini, ini juga berarti sepakat, dengan conceptual realita membantu kita untuk berlatih realita yang sebenarnya. Sebagai contoh, seseorang menanyakan anda pertanyaan “Ya” atau “Tidak”. Maka anda harus menjawab “ya” atau “tidak”. Maka jawaban “iya” yang simpel dapat menjadi positif dan “tidak” menjadi negatif. Salah satu teman saya dari USA menyarankan saya bahwa saya tidak seharusnya menterjemahkan beberapa kata menjadi Negatif atau Positif, tetapi seperti penterjemahan bijaksana dan tidak bijaksana, yang terlatih dan yang tidak terlatih. Apa perbedaannya? Kenapa kita begitu alergi terhadapa hal yang conceptual? Bagaimana kita dapat menghadapi realita yang sebenarnya?



Mari kita kembali ke point nya. Saya akan menjelaskan kepada anda mengapa dan bagaimana orang yang baik melakukan hal yang buruk. Sekali lagi, alasannya adalah EGO, DIRI atau JIWA. Jika seseorang dalam Jhana berhasil berakhir dengan EGO, berpikir bahwa dirinya sangat baik, maka mereka membiarkan diri mereka terbuka untuk menjadi sangat tidak baik juga. Kita hidup di masyarakat dan masyarakat tidak menilai semana mestinya. Mahatma Gandhi (Mahanlal Karamchand Gandhi) adalah salah satu favorit personaliti saya. Dia dinamakan Mahatma. Mahatma berarti Jiwa Besar (Maha berarti Besar dan Atma berarti Jiwa). Dia juga dikenal sebagai Bapu , Ayah. Dia sangat sabar, rendah hati , setia, mengabdi, sederhana, dan pemimpin anti kekerasan. Masa penjajahan Inggris di India bermasalah dikarenakan kepemimpinannya. Bahkan Kerajaan Inggris tergoyangkan oleh kepemimpinan gaya hidup Jiwa Besar ini. Terdapat suatu cuplikan lucu di salah satu film India: terdapat seorang aktor pemabuk dan temannya yang sedang berjalan di suatu tempat. Si aktor pemabuk bertanya pada temannya, “Lihat, Saya melihat sebuah boneka besar, seseorang pasti lupa meninggalkannya.” Lalu temannya berkata, “tidak! Ini adalah patung Bapu dan ini dibuat sebagai penghargaan dan monumen untuk Bapu kita.” Kamu tahu, Bapu kita adalah orang yang sangat berpengaruh, dia selalu membawa tongkat bambu di tanganya, dan menunjuk kepada orang Inggrish dan mengatakan “keluar dari rumah saya”, dan mereka keluar.



Ya, jiwa nya memiliki kekuatan semacam itu, Maha Atma. Sedih tetapi memang benar, meskipun dia adalah jiwa besar namun dalam hidupnya tidak seperti ranjang yang penuh dengan bunga mawar. Dia ditembak mati oleh Nathuram Godse, seorang korban dari etnik Hindustan – Pakistan. Keputusan Gandhi untuk memisahkan India dan Pakistan menyebabkan banyak kehancuran , jutaan jiwa manusia telah terengut, perempuan dan anak – anak diperkosa, disiksa, dibunuh dan rumah mereka dibakar. Bahkan hingga saat ini India dan Pakistan masih menjadi musuh bebuyutan antar sesamanya.


Dengan cara yang sama, pencapaian Jhana dapat memberikan anda jiwa yang besar atau ego. Tulang anda dapat disembah sebagai simbol kenegaraan dan tongkat bambu anda dapat menghancurkan melebihi senjata M-16 Amerika atau AK47 Rusia. Bila anda menyalahgunakan jiwa besar ini, keputusan salah anda dapat menyebabkan kehancuran besar yang mengambil jutaan nyawa manusia , dan anda sepantasnya ditembak mati


Dengan cara yang sama, bila anda seorang bikhu dengan jiwa besar atau ego dengan pencapaian Jhana, anda dapat disembah oleh banyak pengikut dan pelajar, banya negara dan tradisi akan mengundang anda untuk berkunjung dan memberikan pengajaran. Bila anda menyalahgunakan pencapaian Jhana dengan ego, masyarakat akan trauma dengan perilaku anda, memanggil anda seorang penghianat, orang yang kalah, penipu akhirnya anda akan dikucilkan.


Jika anada seorang praktisi dengan jiwa demikian atau ego dalam pencapaian Jhana, anda akan dihadiahkan oleh komite Nobel untuk pencapaian kerja riset anda , anda dapat dianggap sebagai pahlawan, mendapatkan gelar Ph>D. Atau M.D., mendapatkan banyak pelanggan. Jika anda menyalahgunakan jiwa demikian atau ego, anda dapat kehilangan izin kerja dan dilarang untuk menemui pelanggan. Saya dengar Freud punya pegalaman demikian. Bahkan mungkin anda akan mencoba untuk bunuh diri. Saya juga banyak mendengar banyak psykolog yang bunuh diri.


Not Done Yet
Belum Selesai


Seperti yang saya utarakan sebelumnya, walaupun anda telah mencapai atau mengalami tingkatan Jhana tertentu, ingat, anda belum selesai. Dengan kekuatan mental (sekalipun kekuatan ajaib) atau dengan harga diri anda menjadi raja, ratu, presiden, pemenang nobel prize , tokoh masyarakat, suami atau istri yang baik, bikhu yang baik, nabi, psychologist atau terapi yang hebat dan seterusnya. Namun, jika kita tidak melanjutkan berlatih , kita dapat menjadi berantakan dengan hal hal yang tidak baik.


Tolong dicatat bahwa Jhana tidak memusnahkan penghalang mental dalam pikiran. Tidak ada yang menjamin untuk itu, bahkan tidak perusahaan yang berani menjalankan bisnis itu. Tetapi pencapaian Jhana anda akan mendorong anda dan memastikan pengembangan lanjut , dia bekerja seperti pelayanan keamanan. Selama anda membutuhkan pengamanan, atau selama anda membutuhkan bantuan, Jhana akan datang untuk menolong anda. Jhana bergantung pada moral atau etik (Sila) dan kondisi konsentrasi (Samadhi). Hanya kebijaksanaan atau Panna yang dapat memusnahkan penghalang mental melalui pemahaman pengetahuan (Vipassana).


Lalu, ya, inilah jalannya, Jhana harus dilatih. Jika kita tidak berlatih maka akan hilang


Some Tips
Beberapa tips


Jika anda seorang umat Buddhist yang baik, seorang praktisi dari keyakinan yang lain, atau seorang profesional psychology atai konsultan, jika anda pernah mencapai Jhana atau mengalami Jhana, JANGAN BILANG BILANG kepada siapapun bahwa anda telah mengalami Jhana dan jangan menyalahgunakan Jhana. Hindari pesta (terutama dimana tersedia minuman koktail dan DJ atau Karaoke), coba untuk tinggal di tempat yang sepi, kurangi seminar, menjaga apa yang kamu makan , beli, jual dan perilaku. Banyak membantu yang lain; peduli pada yang lain dan planet ini. Dan terus mengembangkan pelatihan meditasi anda.


Jika anda seorang bikhu yang tinggal di kota atau desa (Gamavasi) yang telah mengalami Jhana dan ingin untuk meningkatkannya, anda sebaiknya pergi ke hutan. Jangan mencatat buku harian anda atau data lainnya, cukup meditasi dengan cara yang benar. Jika anda seorang bikhu yang tinggal di hutan (Arannavasi) jangan keluar dari hutan ke kota atau ke desa. Jangan menulis buku harian anda atau menitipkan pada asisten. Bila anda sudah memiliki buku harian, buang saja ke tempat sampah. Jangan terlalu sering berpergian dengan pesawat ke negara lain untuk mengajar atau untuk tujuan lainnya; jangan menerima undangan. Anda lebih baik utuk pergi lebih ke dalam hutam dan meditasi dengan cara yang benar.


Just call it Jhāna
Sebut saja Jhana


Buddha selalu menasehati pengikutnya bahwa mereka harus mencoba untuk mencapai paling tidak tingkatan tertentu dalam Jhana pada saat kehidupan saat ini sebagai manusia. Maka itu tujuan akhir dari Meditasi Buddhist adalah untuk mencapai Jhana paling sedikit. Hindari analisa intelek mengenai Jhana ; cukup sebut saja Jhana , dan bila anda ingin mengalaminya, maka alami.


Conclusion
Penutup


Sebenarnya tidak ada kata penutup. Tidak ada yang berakhir sampai kita mencapai Nibbana. Segala sesuatu memiliki efek dan efek samping, aksi dan reaksi. Apa yang membuat saya menulis tentang hal ini adalah karena permintaan dari beberapa umat Budhist yang setia yang mempertanyakan hal ini. Saya menjanjikan mereka bahwa saya akan menulis dan menjelaskan bagaimana semua ini berlaku. Saya memiliki beberapa teman yang saya minta bantuan untuk membaca dan memperbaiki tatabahasa artikel ini. Mereka memperbaiki tata bahasa saya dan beberapa mengatakan bila ada psycholog barat yang membaca artikel maka mereka akan berkata bahwa saya tidak memahami pyschology barat. Dan saya akan berkata “mungkin, mungkin tidak”.Lalu saya akan katakan bahwa mereka tidak memahami psychology buddhist ,”mungkin, mungkin tidak”. Maka , salah satu teman saya di Amerika yang berumur 24 tahun seorang siswa psychology , seorang yang sangat bijaksana, memahami ajaran Buddhist. Saya akan minta dia untuk membaca artikel ini , hanya sebagai pembaca umum dan memberikan komentar. Dia katakan bahwa artikel ini sangat informatif dan menarik untuk dibaca, mudah , jelas. Dia juga mengatakan bahwa saya terlalu khawatir dengan topik ini. Saya katakan , “Yes! Terima kasih, ini yang saya inginkan.” Saya katakan ke dia bahwa lebih dari 90% penganut Budhist tidak memahami apakah Jhana itu. Dan 95% dari para praktisi tidak punya gambaran atau bahkan mendengan apakah Jhana itu.


. Dalam sudut pandang saya, itulah Jhana. Bila kita ingin mengetahui Jhana atau mencapai Jhana , kita hanya perlu berusaha untuk mengalaminya.

Jhana